Senin, 31 Agustus 2015

The Future Cash



Pengantar Rekayasa dan Desain (PRD), terdengar asing memang tetapi mata kuliah ini cukup menarik terutama bagi kami sebagai mahasiswa FMIPA yang cenderung berfokus pada sains (bukan bidang rekayasa). Pada pembukaan mata kuliah ini dipaparkan adanya perbedaan antara sains dan rekayasa, namun semuanya saling berikatan untuk membangun dunia yang lebih baik.

Ini merupakan proyek pertama  yang diberikan oleh bapak Kusprasapta Mutjarsa di mata kuliah PRD, yakni mengulas tentang krisis masalah perkotaan dan solusinya yang berupa teknologi untuk membangun masa depan.  Jika kita berbicara masalah masa depan dengan jangka panjang, kita berpikir sesuatu yang sekarang kita anggap tidak mungkin. Seperti halnya gawai-gawai yang kita gunakan sehari-hari, menurut orang abad ke-19 atau 20 itu merupakan hal yang hanya di dalam imajinasi atau di dalam film. Pertanyaannya adalah apakah kita sekarang di dalam ‘film’?

Pada pembahasan ini saya terinspirasi dari kalimat “Time is money”, bukan dari maknanya tapi dari dua benda yang terdapat pada kalimat di atas: waktu dan uang. Waktu walaupun menurut teori relativitas dapat mengalami dilasi, namun dalam pengaplikasiannya sangat sulit untuk dicapai. Di kehidupan sehari-hari kita akan menggunakan waktu untuk banyak hal, dari yang sangat penting sampai yang tidak ada gunanya bahkan merugikan kita. Efektifitas waktu kita bisa diukur dengan hal yang bermanfaat yang telah kita lakukan dalam jangka waktu tertentu. Efektifitas tersebut akan bertambah jika kita meninggalkan hal-hal yang tidak berguna tersebut. Ini adalah hal yang sederhana. Tetapi kita juga berhadapan dengan hal yang sangat penting tetapi juga sangat menganggu efektifitas waktu kita. Berikut saya berikan contoh:
1)      Antre pembayaran makanan
2)      Antre di kasir supermarket
3)      Antre membayar tiket bioskop (terkadang menonton di bioskop itu penting)
4)      Antre membayar tiket tol
5)      Dan antre-antre lainnya.

Apakah persamaan dari beberapa contoh di atas? Ya., sama-sama antre. Lebih tepatnya adalah menunggu orang yang lebih dahulu untuk menyelesaikan transaksinya. Transaksi  (tanpa tawar-menawar) yang biasa terjadi secara rinci adalah:
1)      Kasir memberitahukan nominal yang harus dibayar
2)      Pembayar menyetujui (terkadang sambil mengangguk)
3)      Pembayar mengambil dompet
4)      Pembayar mengambil dari dompet tersebut sebanyak nominal yang diminta tetapi tidak pas
5)      Kasir menerima uang tersebut dan mengatakan bahwa ada kembalian.
6)      Karena yang diterima tidak pas, maka kasir mengambil uang di kas sejumlah kembaliannya.
7)      Pembayar menerima kembalianya.
8)      Pembayar mengucapkan “Terimakasih”

Kurang lebih seperti itulah step by step proses pembayaran dan jika kita anggap setiap kejadian berlangsung selama 5 detik maka totalnya adalah 40 detik. Mungkin untuk skala seperti mengantre makanan ataupun bioskop hal ini sangat tidak berpengaruh, namun jika kita perhatikan saat masuk tol maka ini cukup membuat lalulintas terhambat dan terjadi macet. Memang misalnya untuk pengunjung bioskop tidak mungkin dihindari antrean yang panjang karena adanya pemilihan kursi bioskop, tetapi kita dapat mengurangi lamanya jeda dengan mempersingkat waktu transaksi.

Solusi teknologi yang saya usulkan adalah kita tidak lagi menggunakan uang yang berbentuk fisik sperti uang kertas atau uang logam tetapi menggunakan uang elektronik. Mungkin  di antara pembaca ada yang langsung kompromi bahwa kita sudah menggunakannya dengan kartu debit atau kartu atm, namun teknologi yang saya usulkan ini secara menyeluruh dalam arti kata benar-benar tidak ada lagi uang kertas ataupun uang logam.

Teknologi ini harus digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia tanpa terkecuali. Sebagaimana setiap orang sudah memiliki kartu identitas sendiri. Jad, setiap orang memiliki suatu alat layaknya dompet elektronik yang menjadi akses terhadap seluruh kekayaannya, baik ketika ia memberikan uang elektronik tersebut atau menerimanya. Seluruh kegiatan transaksi melalui dompet elktronik tersebut.

Pemerintah setiap negara dapat memberlakukannya sebagai kewajiban (sekali lagi selayaknya kartu identitas) yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kewajiban lebih ditekankan bagi para penjual karena jika seluruh pasar telah menggunakan metode ini maka masyarakat mau tidak mau harus menggunakannya juga.

Secara global dunia bisa merasakan beberapa manfaat seperti

  1. Keamanan

    Setiap orang tidak perlu membawa uang dalam jumlah apapun karena seluruh kekayaannya hanya dapat diakses melalui alat tersebut. Untuk menambah privasi dari alat ini, maka diperlukan kode akses berupa password atau hal yang sangat unik dari setiap individu, misalnya sidik jari, retina dan lain sebagainya. Kode akses ini dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan dari masing-masing individu. Selain itu alat ini juga akan selalu tersambung dengan pihak keamanan agar selalu dapat terawasi

  2. Transaksi yang lebih efektif

    Seperti yang telah saya bahas sebelumnya, cukup dengan menghubung satu ‘dompet’ dengan ‘dompet’ lainnya maka transaksi akan berjaan sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal ini juga berkaitan dengan ketelitian nominal pembayaran sesuai dengan pajak, karena jika kita menggunakan uang kertas kita akn kesulitan mendapatkan kembalian sebesar Rp. 14 misalnya. Ini merupakan langkah yang sangat memberikan dampat terhadap keefektifan transaksi dan tentunya keefektifan waktu.
  3. Kestailan ekonomi

    Ekonomi di dunia akan lebih dikendalikan, karena masing-masing pemerintah dapat mengawasi setiap individu satu persatu. Bisa dibilang bahwa puncaknya adalah satu mata uang untuk seluruh dunia sehingga tidak perlu lagi adanya pertukaran mata uang yang kita tahu bahwa nilai tukar yang sangat tidak stabil.
  4. Lebih akurat dalam mengatur uang keluar masuk

    Seperti yang dialami oleh sebagian besar masyarakat bahwa mengatur keluar masuk uang sangat sulit. Tetapi karena alat ini merupakan sejenis gawai, maka kita dapat memprogramnya untuk mengatur batas-batas transaksi kita. Misalanya kita ingin menargetkan pengeluaran maksimal kita perhari adalah Rp. 100.000, maka kita dapat memprogram agar alat ini memberikan kita peringatan jika kita mendekati nilai maksimal tersebut.
  5. Hemat kertas dan logam

    Penggunaan kertas sangat bergantung pada pohon, jika kita dapat mengurangi penggunaan kertas maka kita juga dapat melestarikan lingkungan. Di samping itu kertas bagaimanapun tidak tahan lama dan sangat mudah rusak sehingga jika kita tidak menggunakan uang kertas maka kita bisa mengurangi jumlah uang yang tidak dapat dipakai karena kerusakan tersebut.

Itulah beberapa manfaat bisa kita rasakan jika teknologi ini dapat digunakan secara menyeluruh. Inilah yang kita (sebagai manusia masa sekarang) sebut sebagai masa depan, kita tidak bisa mengatakan sesuatu tidak mungkin terjadi. Sebagai penutup, saya ingin mengulang lagi bahwa kota kita dan segala teknologinya saat ini adalah kota masa depannya orang-orang abad dahulu, inilah saatnya kita mulai menggambar bagaimana kota masa depan bagi kita. Terimakasih.

                Muhammad Iqbal Rahmadhan Putra
16015139
FMIPA, K04
Pengantar Rekayasa dan Desain








Rabu, 26 Agustus 2015

1000 is Just a Number




Segala puji bagi Allah, we reached the 1000 times viewed!!!

Ribuan "Terimakasih" bagi setiap pengunjung miqbalrp.blogspt.com yang telah setia membaca dan ikut membangun blog ini dengan komentar berupa saran serta kritik baik langsung ke saya selaku penulis maupun tidak langsung. You’re the real MVP!  

Di postingan yang (rencananya) pendek ini, saya ingin berbagi beberapa hal mengenai blog ini, cekidot!

Yang pertama adalah saya yakin sebagian pembaca berpikiran kenapa sih mesti pake postingan ‘selebrasi’ segala padahal baru cuma 1000 (baca: seribu), lebay ah. Ya kan? Ya kaan??! Bagus. Jadi begini, guys, tujuan utama postingan kali ini adalah sebagai bentuk ucapan terimakasih saya kepada para pembaca sekalian yang bisa dibagi atas 3 golongan. Apa saja?

1)      Pembaca yang langsung mengunjungi blog ini ketika saya publikasikan postingan baru dan memberi komentar kepada saya secara langsung di blog ini (walaupun cuma satu orang, luarbiasa.) ataupun di media sosial lain. Saya sangat menghargai komentar gaes-gaes sekalian, tapi mungkin untuk postingan selanjutnya bisa langsung komentar di blog, ya! Biar rame dan jadi eksis gitu lho. Hahaha.
 
2)      Pembaca yang langsung mengunjungi blog ini ketika saya publikasikan postingan baru dan tidak memberi komentar apa-apa. Tetapi yang penting cuma baca saja itu udah sesuatu banget, apalagi kalau berkomentar, apalagi kalau komentarnya di postingan, apalagi kalau mau bayarin makan siang, apalagi kalau mau beli ponco terbaik bangsa, apalagi kalau ......... “ah sudahlah..”

3)      Pembaca yang belum pernah mengunjungi sebelumnya, tetapi baru baca postingan ini. Saya maunya sih bro baca dari awal, ya! Dari It’s a New Beginning sampe tulisan ini. 

4)      Pembaca yang tidak pernah baca sama sekali. (Semoga suatu saat tersentuh hatinya untuk mulai membaca blog ini)

Selain ucapan terimakasih itu, postingan ‘selebrasi’ ini juga karena saya ingin memperkenalkan sesuatu yang baru di blog ini, sesuatu yang sebelumnya gak pernah ada (namanya juga ‘baru’), sesuatu yang semoga benar-benar memberi inspirasi bagi kita semua. Sebelum-sebelumnya, di blog ini hanya ada dua jenis postingan dengan nama label masing-masing “Stay Hungry! Stay Foolish!” dan “Counting Stars”.

 
 
Label yang pertama berisi artikel-artikel yang lebih bersifat bebas mengenai opini-opini saya terhadap suatu hal, sharing pengalaman-pengalaman pribadi, sharing motivasi-motivasi dan akan ada tema-tema yang baru lainnya. Sedangkan label kedua yang dahulu berjudul “Matematika” saja lalu kini diubah menjadi “Counting Star” biar terkesan keren, ehem, didalamnya saya berusaha menyajikan dengan gaya yang berbeda topik-topik (sangat) dasar di matematika yang menurut saya penting tetapi sering diabaikan. Kedua label ini tujuannya sama, sesuai dengan judul blog ini: “Learn to Share”. Hidup adalah pembelajaran, oleh karena itu saya mencoba berbagi apa-apa saja yang telah saya dapatkan dengan harapan ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca atau yang belum menjadi pembaca.

Nah, dengan momentum 1000 kali telah dibaca ini, saya melakukan sedikit pembaruan di blog ini dengan menambah satu label lagi. Tujuan dan temanya hampir sama, namun dengan penyajian yang berbeda. Di label ini saya tidak mengutarakan opini-opini saya, namun saya menggali lebih dalam mengenai sosok-sosok inspiratif di lingkungan ITB ataupun di luar ITB. Biasa kita sebut dengan semacam wawancara.

Jujur saja ini merupakan kali pertama saya melakukan wawancara selain dari tugas Bahasa Indonesia di SMA dulu, jadi saya sangat mengharapkan partisipasi teman-teman dengan kritik dan kritiknya melalui kolom komentar di bawah setiap postingan (direkomendasikan) atau langsung ke saya. Oh iya, judul dari label ini (seperti biasa) saya ambil dari salah satu judul postingan terdahulu yakni ... (jeng!!  jeng!! ) ... “Standing on the Shoulder of Giants”. Yah, sesuai visi utamanya, saya ingin kita menyerap tiap inspirasi dari para “raksasa” di bidangnya masing-masing agar dapat melihat jauh ke depan. Cool..

Lalu siapa sih yang akan menjadi “Sosok Inspiratif Perdana” di blog ini?
Sambil menunggu postingan pertama, ayo tulis pendapat kalian di kolom di bawah ini!
Ditunggu , yak!!
Terimakasih!!