Di
postingan sebelum ini, Let’s
Talk About Future, saya mencoba menjelaskan apa sih kira-kira isi dari Blog
ini. Mungkin sudah cukup jelas, saya ingin berbagi berbagai hal seperti
pelajaran, pelajaran, dan pelajaran. Loh kok? Bro, hidup adalah proses belajar.
Bro, hidup adalah proses belajar.
Jadi, tidak hanya akan saya posting mengenai pelajaran di kelas saja, namun
pengalaman-pengalaman yang jauh lebih berharga dari cara menemukan nilai π.
Satu lagi yang ingin saya tekankan, saya tidak sedang promosi Nasi Padang.
Berbicara
mengenai Nasi Padang, erat hubungannya dengan makanan. Makanan? Iya, makanan.
Sesuatu yang dapat dimakan. Sebagaimana salah satu pegertian dari matematika di
Wikipedia yang bisa dilihat disini.
Dari sekian banyak pengertian, pengertian menyatakan "Mathematics is what mathematicians
do." adalah yang paling mencakup semuanya. Sangat elegan. Beranjak dari
hal itu saya mencoba memberi pengertian tentang makanan sebagai sesuatu yang
dapat dimakan. Cukup elegan.
Cukup
sampai disini kita berbicara mengenai makanan, kita menuju kepada hal yang
lebih penting yakni matematikakan. Saya perjelas; makan. Kapan
matematikanya? Sabar, masih dalam suasana
libur, bro. Jika tadi kita membicarakan mengenai objeknya, sekarang
kita mencoba berbicara mengenai kata kerjanya.
To eat. Saya memiliki sedikit “kekurangan”
dalam masalah ini. Saya tidak terlalu termotivasi untuk makan dan tentunya
berimplikasi ke bentuk tubuh. Yeah, you
know it, slim, bro. Bahkan setiap kali saya ke dokter (saya sangat jarang
ke dokter), atau bertemu orang yang memiliki hubungan dengan masalah kesehatan,
mereka hanya memiliki satu saran, satu nasehat, yakni perbanyaklah makan.
Mungkin
kita sering mendengar tebakan yang menanyakan hidup untuk makan atau makan
untuk hidup. Sejujurnya saya tidak peduli. Tapi ini memiliki makna yang sangat
dalam, yakni apa motivasi kita dalam hal “makan”. Terdapat dua tipe manusia;
yang mencurahkan hidupnya hanya untuk
menikmati makanan dan manusia yang hanya memanfaatkan makanan sekedar untuk
melanjutkan hidup. Sepertinya saya sangat kokoh sebagai manusia tipe yang
kedua.
Saya
tidak menyatakan bahwa makan itu tidak penting, sangat penting sekali. Penting banget. Tetapi disini saya
berbicara frekuensi dalam melakukan “makan”. Sebagai manusia tipe kedua, saya
memiliki momen yang sangat krusial (terlalu dramatis?) sehingga saya sangat
termotivasi untuk makan. Momen itu adalah ketika lapar.
Motivasi
terbesar orang untuk makan adalah ketika lapar. Ketika benar-benar lapar, orang
akan berusaha semaksimal mungkin untuk makan. Dan suatu kebahagiaan yang sangat
luar biasa ketika telah menghilangkan rasa lapar tersebut. Dalam hadis qudsi
Allah Ta’ala berfirman,
“Bagi
orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka,
dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (muttafaq ‘alaihi).
Bisa jadi salah satu hal yang
dikejar oleh para penikmat puasa adalah saat berbuka, tentunya selain dari mengejar
pahala dan keutamaan-keutamaan lain yang telah Allah Ta’ala janjikan.
Saat kita merasa di titik
terendah itulah yang menjadi momen untuk merubah keadaan menjadi terasa lebih
baik. Kita akan makan ketika lapar, kita akan minum ketika haus, kita akan
mandi ketika merasa gerah, kita akan tidur ketika merasa ngantuk, kita akan
bertemu ketika rindu (oops), kita akan mencari uang ketika tidak memiliki
apa-apa, dan kita akan belajar ketika merasa bodoh. That’s the point! Kita akan
mati-matian belajar ketika merasa sangat bodoh.
Seperti halnya makan, seenak
apapun makan (gratis) jika ditawarkan kepada kita dalam keadaan kenyang, sangat
kenyang, kita akan menolaknya. Begitu juga jika kita merasa diri telah hebat,
merasa diri telah mengetahui banyak hal, kita akan cenderung enggan untuk
belajar. Kita ambil titik baliknya, kita setidaknya harus merasa bodoh. Ya,
merasa diri kita bodoh.
Hal yang saya sebutkan diatas telah sering saya gunakan. Namun saya
dibuat takjub ketika mengetahui bahwa Steve Jobs juga pernah menyatakan hal
yang hampir sama. Saya baru mengetahui hal ini karena saya cukup tidak tahu
banyak mengenai Steve Jobs. Lalu tiba-tiba saya berusaha mengenal lebih dalam
beliau setelah menonton film “Jobs”, film yang sangat inspiratif dan juga menghibur,
bagi yang belum nonton saya rekomendasikan.
Jobs dalam pidatonya saat Acara Wisuda Stanford University, 2005,
berkisah mengenai kehidupan pribadinya dari kecil bahkan saat baru lahir hingga
mencapai kesuksesan atas perusahaan Apple Inc dan animasi Pixar. Ia memberi
judul pidatonya “Stay Hungry, Stay Foolish”. Judul yang sangat singkat
untuk makna yang sangat dalam. Bahkan orang bebas mengartikan maksud dari
ungkapan tersebut, dan postingan saya ini semoga bisa dihubungkan dengan
kalimat tersebut; “Stay Hungry, Stay Foolish”.
Di bawah ini saya mengutip bagian akhir dari pidato yang sangat
inspiratif ini, namun bagi yang ingin membaca terjemahannya secara keseluruhan
bisa klik disini.
Sekian. Stay hungry! Stay Foolish!
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan
hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog“, yang menjadi salah satu buku
pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand
yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian
menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era
komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik,
gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35
tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan
ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi
“The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat
edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di
sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari,
jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata:
“Stay Hungry. Stay Foolish.”
(Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang
dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu
mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk
memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar