Jumat, 25 September 2015

Aal Izz Well (Epsilon-Delta vs Kabut Asap)

Sebenarnya banyak sekali sesuatu yang menarik dan ada juga yang ’seharusnya’ menarik. Sebagai mahasiswa tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal yang ‘masuk ujian’ adalah yang menarik perhatian, walupun banyak yang mengatakan “kuliah bukan untuk ujian”, toh mereka tetap juga gak bakalan mau main-main dengan ujian. Tetapi dosen matematika saya, Pak Aleams Barra, pernah menyampaikan kepada kelas kami ketika materi Rigorous Study of Limits (biasanya kita sebut sebagai epsilon-delta) bahwa walaupun materi ini gak masuk ujian, bukan berarti kita tidak boleh menikmatinya. Lalu beiau menganalogikan dengan musik yang juga tidak masuk ujian tetapi kita tetap juga menikmatinya. Menurut saya ini analogi yang sangat tepat. Tepat sekali..

sumber: Calculus 9th Edition (Varberg, Purcell, Rigdon) halaman 65


Di atas adalah salah satu contoh dari epsilon-delta yang menjadi fenomena bagi mereka yang tanpa sadar pernah berpacaran dengan Kalkulus 1. Lihat saja bagaimana teman-teman saya ini ketika mendengar kata “kita perlu membuktikan...”, apa yang dipikirkan tak lain hanya epsilon-delta. Apalagi ketika nama epsilon-delta disebut langsung, seolah-olah kita seperti murid-murid di Hogwart mendengar nama Lord Voldemort, langsung gaduh. Walaupun materi ini sudah lewat beberapa minggu, tetapi masih tetap jadi topik menarik, bahkan mungkin sampai ada yang bilang bakal jadikan epsilon-delta sebagai nama anaknya kelak. Luarviasa....

Lalu kenapa sih epsilon-delta begitu berkesan di hati kita? Kok bisa kita dari sekedar ”menikmati” (dengan tanda kutip) lalu kini menjadi benar-benar menikmati (tanpa tanda kutip?

Jawabnya ada di ujung langit, kita kesana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberani.... Bertarunglah mahasiswa, dengan segala kemampuan yang ada!

*maaf

Mungkin kita bisa sepakat jika ada anak kecil yang tangkas dan pemberani itu diberi mainan baru yang belum pernah sebelumnya ia lihat, ia raba, ia trawang maka sangat mungkin mainan itu sangat ‘menyentuh hatinya’ sehingga mengabaikan mainan lain dan bahkan lingkungan sekitarnya. Bisa jadi kita adalah salah satu dari anak kecil itu, dan bisa jadi epsilon-delta adalah mainan baru kita sehingga kita mengabaikan lingkungan sekitar kita, mengabaikan negeri yang katanya sekepal tanah surga padahal di surga tidak ada kabut asap.

Ya, kabut asap Sumatera dan Kalimantan yang kabarnya juga singgah di negeri sebrang. Tema yang tidak setenar epsilon-delta padahal sama-sama tidak masuk ujian. Seharusnya kita juga bisa ‘menikmatinya’ seperti epsilon-delta dan musik. Sekali lagi, itu cuma seharusnya, karena jujur saya pun tidak bisa ‘menikmati’nya lebih dari epsilon-delta. Keinginan untuk mulai membahas kabut asap muncul tidak dari awal kejadian kabut asap, kira-kira ketika Sungai Penuh mulai mendekati puncak-puncaknya kabut asap. Yah, awalnya karena kabut asap di Sungai Penuh bukanlah mainan baru, jadi saya seperti tidak terlalu menanggapi bencana tersebut karena berpikiran “nanti akan hilang juga, aal izz well”.

"Tanpa matahari, tanpa awan biru, melainkan hanya kabut asap yang tersisa"
-Saka Anyana-


Saya mulai tersadar ketika sahabat saya menanyakan ketika makan di kantin Salman  “Kamu gak balik ke Sumatera, Bal?”. Dengan spontan dan penuh kepolosan saya menjawab kalaupun saya pulang, apa sih yang bisa saya lakukan, ditambah lagi biaya yang tak murah dan surat izin yang tak mudah. Pembicaraan pun berlanjut ke topik lain, tetapi saya masih kepikiran kok benar juga yang dibilang sahabat saya itu. Kok saya bisa santai-santai disini, sedangkan dulu katanya insan akademis itu insan yang gak bisa tidur memikirkan rakyatnya. Boro-boro memikirkan rakyat, ini orang tua dan saudara sendiri di Sungai Penuh gak kepikiran. Insan akademis macam apa kita saya ini? Bahkan hanya untuk meng-upload postingan ini pun ditunda-tunda, padahal alamat URL-nya udah ganti jadi www.miqbalrp.com (apa hubungannya?)

Memang problem ini tidak semudah epsilon-delta. Kita perlu melakukan analisis pendahuluan sehingga mendapatkan hubungan yang tepat antara epsilon-delta. Lalu hubungan ini dapat dibuktikan secara formal. Begitupun untuk respon kita terhadap kabut asap ini. Dengan pikiran saya yang pendek, saya dan sahabat-sahabat ingin memberikan bantuan yang dananya dikumpul sukarela dari satu fakultas. Tetapi atas saran dari pihak-pihak lain yang berpikiran jika gerakan ini dapat dilakukan dengan massa yang lebih besar, why not

Jika idenya adalah langsung memberi bantuan, bisa kita analogikan bahwa kita langsung ke tahap bukti formal dengan solusi (memberi suatu bantuan) yang datang tiba-tiba tanpa analisis pendahuluan. Nah, oleh salah satu unsur penting di KM lebih memilih melakukan analisis pendahuluan terlebih dahulu agar mendapatkan solusi yang benar-benar dibutuhkan. Memang hal inilah yang harus dilakukan, tidak seperti pikiran pendek saya yang mungkin tidak dibutuhkan oleh mereka.

Tetapi analisis pendahuluan itu gak mudah, bray. Walaupun orang hanya akan fokus pada bukti formalnya saja, tetapi analisis pendahuluanlah MVP-nya. Namun, kabut asap tidak dapat kita kontrol berapa lama jangka waktunya. Ya iyalah! Kalau bisa pasti kita maunya lebih cepat. Dan itulah masalahnya, kabut asap tidak akan menunggu untuk hilang setelah analisis penahuluan kita selesai. Di Sungai Penuh pun kabar terakhir sudah mulai berangsur hilang, tapi besoknya muncul lagi lebih parah, begitu terus sampai sekarang hilang timbul. Jadinya saya bingung kapan sebaiknya meng-upload postingan ini, ketika masih parah-parahnya, atau ketika sudah reda, atau ketika analisis pendahuluan kita selesai?

Mungkin beberapa tidak setuju dengan saya dan mengatakan “ah, kamu cuma bisa ngomong, Bal!” Maaf, bro. Saya gak cuma ngomong, saya juga nulis. Dan juga memang benar jika omongan dan usulan satu orang anak kecil seperti saya tidak dapat didengar, tetapi bagaimana jika anak-anak kecil lain dari Sungai Penuh, Jambi, Palembang, Riau, Kalimantan dan semua yang terkena asap juga ngomong dan merengek, pasti akan didengar “orang-orang dewasa” disana. Setidaknya, sekarang dengan bangga saya menyatakan kita belum tidak belum berhasil dan masih saja berharap semuanya memang benar-benar aal izz well .




***

Alhamdulillah, KM-ITB mengadakan suatu penggalangan dana yang bekerjasama dengan berbagai elemen terkait, bagi yang ingin berpartisipasi ayo simak info berikut:

[Penggalangan Dana Kebakaran Hutan Sumatra & Kalimantan]

Sudah bertahun tahun saudara kita di Riau, Jambi, Sumsel & Kalimantan harus dilanda hujan asap setiap musim kemarau datang. Sudah beberapa hari ini mereka harus menghirup polusi udara sangat berbahaya yang dapat mengancam kesehatan pernapasan dan sangat mengganggu aktifitas keseharian.

Apakah kita hanya bisa berpangku tangan?
Tunjukkan kepedulian kita dengan berbagi rejeki dan doa yang kita miliki untuk mereka!

Penggalangan Dana Via Rekening
Rek Bank Mandiri  900-00-1902-585-8 a/n Rabbi Pandu A
1130006600518 a/n Fathan Mubina
Bank BNI
383314578 a/n Intan Trilestari Soelistyo
Bank BRI
484201001215533 a/n Fahrul Husaini

Bantuan akan disalurkan secara adil ke daerah yang terpapar bencana asap.
Infografis lengkap http://bit.ly/infokebakaranhutan

Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan "Selva" ITB
Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam - Ganesha
Unit Kebudayaan Melayu Riau ITB
Keluarga Mahasiswa Jambi
Unit Kesenian Kalimantan
Unit Kesenian Mahasiswa Bumi Sriwijaya
Kementrian Manajemen Lingkungan dan Kementrian Kajian Strategis Kabinet KM-ITB 2015
#DanaPeduliSumatraKalimantan
#KM-ITB
#BersamaLuarBiasa

(sumber: KM-ITB)


Selasa, 15 September 2015

"If I was there.." The Chernobyl Disaster.

Perasaan tidak pernah puas dari manusia hadir pada setiap aspek kehidupan, seperti prestasi, kekayaan, jabatan, dan lain-lain. Rasa tidak puas itu juga hadir di salah satu komponen terpenting dalam keberlangsungan kehidupan manusia, yakni dalam hal kebutuhan energi. Manusia memanfaatkan berbagai sumber untuk mendapatkan energi yang berlimpah, mulai dari hal yang sederhana seperti angin, ombak, uap lalu mulai memanfaatkan energi listrik, energi surya, sampai pada energi yang didapatkan dari tenaga nuklir.

Banyak yang memanfaatkan nuklir untuk berbagai hal, baik untuk keberlangsungan kehidupan manusia atau malah untuk menciptakan senjata yang ampuh dalam perang. Walaupun dapat menghasilkan energi yang bisa dikatakan luarbiasa besar dan tingkat kehati-hatian yang tinggi, kecelakaan pada reaktor nuklir tetap saja dapat terjadi. Salah satu yang bencana paling besar yang pernah dialami umat manusia adalah The Chernobyl Disaster, kecelakaan reaktor nuklir pembangkit listrik terbesar yang terletak di Uni Soviet (sekarang termasuk daerah Ukraina).

Pembangkit Tenaga Nuklir Chernobyl menggunakan reaktor nuklir yang bernama RBMK-1000, dibangun dan dirancang oleh Uni Soviet kala itu. RBMK-1000 ini difungsikan sebagai pembangkit listrik dan mensuplai 10% kebutuhan listrik bagi Ukraina, selain itu RBMK-1000 juga menghasilkan plutonium yang merupakan hasil samping dari sistem grafit (sistem yang digunakan RBMK-1000). Plutonium itu sendiri adalah unsur hasil pembelahan uranium yang dapat digunakan sebagai senjata nuklir untuk mengimbangi pesatnya persenjataan nulkir di Amerika.


Kecelakaan ini terjadi pada tanggal 26 April 1986 tepatnya pada pukul 01:23:40 dini hari. Hal dalam waktu 3 detik terjadi dua kali ledakan besar yang menyebabkan partikel radioaktif dan berbagai material dari dalam gedung terlempar keluar setinggi 1 km. Material-material yang sangat panas ini bahkan mencapai 1 mil jauhnya yang juga menyulut kebakaran di sekitar wilayah tersebut. Dua orang meninggal seketika dan dua puluh sembilan lainnya mengalami dampak radiasi sehingga sebagian besar meninggal. Dampak dari radiasi juga dirasakan oleh ratusan orang disekitar tempat tersebut sehingga pemerintah melakukan evakuasi demi mengurangi jumlah korban. Walaupun bencana ini berdampak sangat besar, pemerintah Uni Soviet saat itu tetap menutup kasus ini sampai akhirnya pemerintah mengakuinya setelah terlihatnya awan yang mengandung bahan radioaktif dan menyatakan bahwa ini adalah kesalahan teknis. Sampai saat ini, Chernobyle telah menjadi kota mati dan banyak yang mengatakan bahwa makhluk hidup (termasuk manusia) yang ada di sekitar Chernobyl telah mengalami mutasi akibat dampak dari radioaktif ini.


www.thepresidentpost.com
Menurut ergonomi-fit.blogspot.co.id (setelah diolah dari berbagai sumber), kronologis kejadian dari bencana ini adalah sebagai berikut:


Pada malam terjadinya kecelakaan, reaktor unit 4 sebenarnya sedang dipadamkan (shutdown) dalam rangka perawatan rutin. Pada waktu yang sama operator bermaksud menguji prosedur keselamatan reaktor. Uji keselamatan ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah turbin generator yang melambat masih menghasilkan daya yang cukup untuk menjalankan pompa pendingin sampai generator diesel darurat dihidupkan. Untuk itu, rencananya reaktor akan dioperasikan pada tingkat daya 30 % dari daya maksimalnya, tetapi kelewatan sehingga turun sampai 10 %. Untuk menaikkannya lagi sampai tingkat daya 30 % operator melakukan kesalahan kritis dengan menarik batang kendali, akibatnya uap pun bertambah. Sayangnya, RBMK-1000 memiliki cacat desain dimana operasi pada tingkat daya rendah (10 %) tidak stabil. Pertambahan uap tak terduga akan menaikkan daya, dan kenaikan daya akan menambah uap lebih banyak lagi, dan seterusnya dan seterusnya. Pukul 01.23 dan 40 detik dinihari 26 April 1986, menyadari keadaan gawat, operator lantas menekan tombol untuk mengaktifkan sistem proteksi atomatis, tetapi percuma sebab sudah terlambat. Dalam 3 atau 4 detik, produksi daya melonjak samapi 100 kali tingkat daya maksimum normalnya, dan suhu teras pun meningkat tajam. Akibatnya terjadi dua kali ledakan dahsyat yang menghancurkan gedung reaktor. Usaha mati-matian untuk memadamkan api tidak banyak berarti. Ratusan ton grafit dalam reaktor terbakar selama 10 hari. Kebakaran melambungkan gas-gas dan partikel radioaktif ke atmosfer sehingga Swiss, Jerman, Turki bahkan Amerika Serikat dan Jepang pun radiasinya tercatat. Diantaranya yang berbahaya adalah Yodium-131, Strontium-90 dan Cesium-137. Operator yang bertugas saat itu pun akhirnya ditahan.
Unit 4 pasca kecelakaan
Saya mencoba merangkum dari berbagai sumber, terdapat beberapa penyebab dari kecelakaan ini. Selain dari kelemahan pada desain RBMK-1000 yang telah dijelaskan di atas terdapat juga kelemahan pada SDM (sumber daya manusia) yang menjalankan proyek ini. Salah satunya adalah operator yang kurang berpengalaman karena diketahui bahwa Alexander Akimov adalah kepala shift malam, sedangkan Leonid Toptunov adalah operator reaktor yang baru saja promosi tiga bulan menjadi operator senior dari operator yunior. Kemungkinan karena kurangnya pengalaman dari operator inilah yang menyebabkan ia melakukan kesalahan seperti melaksanakan tes pada saat reaktor shut down pertama kali setelah beroperasi selama dua tahun penuh, memaksakan melaksanakan tes pada kondisi reaktor tidak stabil (daya rendah pada RBMK-1000), dan mematikan mekanisme shut down otomatis.

***

Menurut National Society of Professional Engineer, ada 6 norma yang harus diperhatikan oleh seorang engineer dalam mengambil keputusan jika dihadapkan dalam suatu masalah, yakni:
  1. Tetap mementingkan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat,
  2. Bekerja hanya pada bidang keahliannya,
  3. Menyampaikan pernyataan pada publik secara objektif dan terpercaya,
  4. Berlaku sebagai agen terpercaya untuk tiap pekerja atau klien,
  5. Menghindari tindakan menipu, dan
  6. Berperilaku terhormat.
Kali ini saya mencoba mengasumsikan bahwa saya berada di posisi Leonid Toptunov, yakni sebagai operator reaktor senior. Saya pada kasus ini mengetahui bahwa terdapat kesalahan pada desain yang "mungkin" akan berakibat fatal pada percobaan kali ini. Akan tetapi di lain pihak Pemerintah Uni Soviet membutuhkan suplai plutonium yang cukup banyak untuk keesokan harinya kebutuhan listrik yang sangat besar, sehingga percobaan ini dianggap sangat penting dilakukan agar  mengetahui seberapa lama turbin masih berputar dan mampu menyuplai listrik bagi pompa pendingin reaktor jika suplai listrik utama mati. Sehingga kepala shift malam bersikeras bahwa percobaan ini harus tetap dijalankan apapun resikonya.

Jadi, sebagai seorang engineer saya harus mengambil keputusan tindakan dari beberapa opsi yang mungkin dapat saya lakukan dengan mempertimbangkan tindakan tersebut norma-norma seorang engineer di atas. Oleh karena itu saya membuat semacam matriks yang menghubungkan antara opsi-opsi tindakan yang mungkin saya lakukan dan norma-norma yang ada, matriksnya adalah sebagai berikut:

Pilihan tindakan

Norma NSPE ¯
Tetap menjalankan
proyek
Mengajukan banding kepada pimpinan yang lebih tinggi
Melarikan diri agar selamat dari kecelakaan yang mungkin terjadi
Mengambil alih pimpinan shift malam secara paksa (dengan ancaman dan kekerasan)
Berusaha    memberikan pemahaman kepada kepala shift malam
Tetap mementingkan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat
Tidak, karena pada awalnya saya telah mengetahui bahwa ini dapat berakibat fatal dan berdampak pada sekitar
 Ya, karena saya telah berusaha menghindari dampak buruk bagi masyarakat
 Tidak, karena proyek bisa saja tetap berjalan dan mengakibatkan dampak fatal
Bisa jadi, karena saya dapat menghentikan proyek jika memegang kendali pada shift malam
Tidak, karena dampaknya sangat jelas dan peluang kepala shift menerima ajuan kita sangat kecil
Bekerja hanya pada bidang keahliannya
Ya, karena saya adalah seorang operator senior dan dianggap paling menguasai dalam bidang ini
Tidak, seharusnya kepala shift malam lah yang mengajukannya
Tidak, karena saya harus bertanggung jawab pada bidang keahlian saya
Tidak, karena bidang keahlian saya adalah operator nuklir
Ya, karena saya adalah seorang operator senior dan dianggap paling menguasai dalam bidang ini
Menyampaikan pernyataan pada publik secara objektif dan terpercaya
Tidak, karena saya telah seakan-akan tidak mengetahui bahwa akan terjadi bencana besar
Ya, dengan melakukan hal ini saya dapat menyampaikan pada publik secara objektif melalui pimpinan saya
Tidak, karena saya tidak bertanggung jawab pada pekerjaan
Mungkin, karena ini adalah keadaan yang sangat darurat
Ya, dengan melakukan hal ini saya dapat menyampaikan pada publik secara objektif apapun hasilnya
Berlaku sebagai agen terpercaya untuk atasan ataupun klien,
Ya, karena saya telah menjalankan perintah dengan apapun resikonya
Tidak, karena saya tidak mengikuti perintah kepala shift malam
Tidak, karena saya telah melanggar perintah kepala shift malam
Tidak, karena kita mengkhianati atasan
Ya, karena saya menyampaikannya dengan baik
Menghindari tindakan menipu
Tidak, karena pada dasarnya saya telah menipu diri sendiri dan orang lain
Ya, dengan melakukan hal ini saya dapat menyampaikan pada pimpinan yang sebenarnya terjadi
Tidak, karena tidak mungkin saya dapat keluar dari tempat proyek tanpa alasan yang dibuat-buat
Tidak, karena saya melakukan suatu tindakan kejahatan
Ya, karena saya harus menyampaikan kondisi yang sebenarnya
Berperilaku terhormat
Tidak, karena saya lebih mengutamakan perintah atasan dibandingkan dampak yang akan ditimbulkan
Ya, karena dengan menyampaikan pada pimpinan dapat menghindari tindakan lain yang tidak terhormat
Tidak, karena saya mengutamakan keselamatan pribadi dari pada keselamatan semua
Tidak, karena saya melakukan tindakan kekerasan yang mungkin tidak perlu
Ya, tanpa melakukan kejahatan saya dapat berusaha menghentikan proyek
 

Demikianlah beberapa tindakan-tindakan yang mungkin saya lakukan dan dibandingkan dengan norma yang ada. Memang kejadian The Chernobyl Disaster ini telah lama berlalu dan menyisakan dampak yang sangat luas serta mengerikan. Selain itu memang bisa dikatakan sebagai suatu pilihan yang sangat sulit bagi seorang operator nuklir pada saat itu dalam mengambil tindakan mengingat tekanan dari atas dan faktor lainnya, namun ada baiknya kita mengambil pelajaran dari fenomena luarviasa ini agar tidak ada Chernobyl-Chernobyl baru di kemudian hari. 

sumber:

https://paradigmakeikhlasan.wordpress.com/2010/04/13/89/

http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/03/bencana-chernobyl-salah-satu-kecelakaan.html

http://seopintar.blogspot.co.id/2011/01/peristiwa-kecelakaan-nuklir-chernobyl.html  

Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, KNRT 2008

Reaktor Chernobyl; Desain Yang Cacat, Sudi Ariyanto

Chernobyl’s Legacy, Health, Environtmental, and Socio Economic Impact, The Chernobyl Forum


Selasa, 01 September 2015

Ngujang with Ujang Purnama




(Terimakasih untuk teman saya, Christopher Chandra,
yang memberi dukungan sehingga saya dapat membuat postingan ini.)

Mawar                 : “Dari mana, Bung?”
Bunga                 : “Dari perpus, nih.”
Mawar                 : “Wah.. Ngambis, yah?”
Bunga                 : “Enak aja.. Gak ngambis, kok. Aku di perpus tadi cuma ngujang, bro”
Mawar                 : “Oh, ngujang.. Baguslah.. Saya cus dulu ya! Salam foto mantan!”
Bunga                 : “Salam foto mantan!”

Percakapan di atas sengaja saya buat menggunakan beberapa kata yang sedang tren di ITB:
1)      Perpus
2)      Ngambis
3)      Ngujang
4)      Salam foto mantan

Bagi anak TPB 2015 ceria pasti paham dengan kata-kata di atas, tren banget kan? Pada dasarnya ketiga kata di atas berujung pada satu hal yang sama, yakni pembelajaran. You know what I mean, bro. Dan agar tidak terjadi kesalah-pahaman, maka saya menyamarkan nama kedua mahasiswa ini. Yang pertama sebut saja Mawar dan yang kedua sebut saja Bunga. “Mawar kok laki-laki?” Sekali lagi, agar terjaga privasinya maka saya benar-benar memberi nama samaran sesamar mungkin. Oke?

Baik, saya ingin mengajukan pertanyaan: “Apakah tema dari percakapan di atas?”, maaf itu pertanyaan yang pasti ada di setiap textbook Bahasa Indonesia dan sangat-sangat mainstream. Jadi, pertanyaannya saya ganti menjadi: “Apa itu Ngujang?”

Ngujang, kata yang sudah menjadi trending topic seantero ITB khususnya bagi para mahasiswa baru yang menyaksikan langsung bagaimana sosok di balik kata ini menginspirasi 3688 mahasiswa baru di auditorium Sasana Budaya Ganesha (SABUGA). Siapalagi kalau bukan Kak Ujang Purnama (Farmasi 2011), peraih Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Utama tingkat ITB sekaligus Ganesha Prize 2015.


Awalnya saya sempat tidak percaya diri ketika mendapatkan ide untuk mewawancarai sosok yang lahir di Karawang tanggal 24 Agustus 1992 ini, karena sebagai TPB saya merasa bakal kesulitan untuk menemui seorang Mapres ITB. Namun ternyata dugaan saya salah besar, Kak Ujang sangat menyambut  interview ini sehingga alhamdulillah semuanya berjalan lanjar dan selow (seperti kata OTW, kata selow juga punya banyak makna). Oke, bagi saya pribadi, saya telah mendapat banyak pelajaran berharga dari beliau dan tentunya saya ingin pengunjung setia blog ini juga mendapatkan hal yang sama. Penasaran bagaimana motivasi Kak Ujang sehingga dapat mencapai prestasi yang begitu gemilang ini? Dan benarkah kalau beliau tidak tahu mengenai kata “Ngujang”? Ayo kita gali inspirasi demi inspirasi dari sosok Kak Ujang Purnama! Cekidot, bray!  

***

Pertama sekali saya ingin menanyakan apa sih kegiatan kakak akhir-akhir ini?
Sekarang sih saya kuliah udah gak ada lagi dan penelitiannya juga udah selesai. Jadi tinggal menunggu wisuda di bulan Oktober nanti. Selain itu juga ada kegiatan seperti hari Sabtu nanti ke Jepang dan insya Allah juga ke Belanda nanti.

Sebelum jadi Mapres, kakak ikut kegiatan apa saja ya?
Kalau unit sih saya gak bertahan lama, ya. Jadi waktu TPB saya ikut ISO (ITB Student Orchestra) dan juga ikut SEF (Student English Forum), udah dua itu, cuma bertahan setahun doang sih. Terus di tingkat dua saya aktif di himpunan, tapi di Salman saya aktif di panitia pelaksana Ramadhan, panitia Idul Adha. Kegiatan di luar saya juga banyak, saya mengikuti kegiatan Kampus Peduli yaitu organisai gabungan universitas di Bandung yang kegiatannya bakti sosial di desa-desa, balai pengobatan gratis, dan lain-lain.

Menurut saya pribadi kegiatan kakak cukup banyak, ya. Nah, ada satu pertanyaan yang klasik, yaitu bagaimana cara kakak membagi waktu?
Kalau bagi waktu, sih saya pake skala prioritas, kan di SSDK diajarin ya? Nah di SSDK itu kepake banget ilmunya. Dulu namanya Seven Habbit, yaitu kebiasaan-kebiasaan baik bagi mahasiswa. Jadi, saya pakai skala prioritas. Prioritas utama itu pasti kuliah, kuliah gak boleh bolos sama sekali. Bagaimanapun kegiatan yang diadakan unit, jika menganggu kuliah maka kita harus lebih memilih kuliah.   
Tapi gak boleh gak ikut unit, unit itu harus. Dengan syarat, ketika kuliah jangan memikirkan unit dan ketika kegiatan unit jangan memikirkan kuliah. Jika dipersenkan, kuliah 100% dan unit 100%, bukan 50% dan 50%.

Selanjutnya lebih spesifik ke cara belajar, gimana sih cara belajar yang efektif menurut kakak?
Menurut saya cara yang paling efektif adalah sharing dengan teman. Jadi, di kelas perhatikan dosen lalu bawa pulang untuk dipelajari sendiri, catat poin-poinnya baru sharing ke yang lain. Keuntungan kita dari sharing yang pertama sekali adalah ilmu dari yang lain bisa terserap oleh kita dan ilmu kita juga bisa dipakai oleh yang lainnya. 


Di acara-acara sebelum ini seperti Emotional Intelligent, SSDK, kuliah wawasan, dan lain-lain sering sekali pembicara menegaskan bahwa game online sangat menganggu perkuliahan. Menurut kakak bagaimana, ya?
Saya sih diantara teman-teman paling culun itu masalah ini. Saya yang paling gak bisa main game, bahkan dari kecil gak main game. Tapi sebenarnya asal kita bisa atur waktunya. Soalnya game juga gak salah dilakukan, tapi ada waktunya. Kembali lagi ingat tujuan kuliah pengen dapat apa? Kalau memang tujuannya besar, pengen IPK-nya bagus, pengen lulus tepat waktu, atau pengen kerja ditempat yang bagus harus belajar yang benar, sehingga game itu cuma selingan. Misalnya kalau lagi bete, main game gak apa-apa. Jadi menurut saya jika game itu dilarang juga gak boleh, intinya main game di waktu tepat.

Sekarang kita sampai di saat kakak menerima Ganesha Prize. Apakah sebelumnya kakak udah kepikiran dapat penghargaan ini?
Dulu waktu saya mengikuti penerimaan mahasiswa baru juga ada Ganesha Prize. Saya juga dapat inspirasi karena kebetulan waktu itu penerima penghargaannya juga dari Sekolah Farmasi. Menurut saya, kuliah ngapain lagi kalau bukan asah hard skill sekaligus soft skill dan di kriteria Mapres (Mahasiswa Berprestasi) sudah mencakup itu semua yang diinginkan oleh ITB. Jadi, saya harus kejar itu.
Tetapi sebenarnya setelah mendapatkan penghargaan ini malah menjadi beban bagi saya. Maksudnya dengan menyandang titel ini jika saya melakukan kesalahan, itu bakal beban buat diri saya sendiri.

Saat itu juga, orang tua kakak diundang mengikuti prosesi penyerahan Ganesha Prize dan menurut saya orang tua mana yang gak bangga diundang karena anaknya menerima penghargaan Ganesha Prize. Nah, bagaimana perasaan orang tua kakak saat mengetahui hal itu?

Saya termasuk yang jarang bilang ke orang tua, misalnya ketika saya dapat beasiswa di Jepang atau magang di Jepang orang tua saya gak tahu. Kalau misalnya dapat juara lomba apa saya cuma kasih tahu juara berapa dan dapat uang berapa, memang udah biasa begitu sih. Lalu saat  diundang ke Sabuga, ya udah orang tua saya datang dan awalnya gak expect dipanggil maju ke depan. Tapi ketika orang tua saya diminta kedepan dan salaman sama rektor, mereka sangat senang. Senang banget.



Setelah melihat kakak dan yang lainnya menerima penghargaan-penghargaan, pastinya kami para mahasiswa baru awalnya jadi punya semangat yang berkobar-kobar gitu lho kak. Tapi, biasanya pasti bakal ketemu denga rasa malas. Bagaimana sih mengatasi rasa malas itu?
 Mengenai malas, menurut saya ibarat puasa aja ya. Jadi, puasa itu seharian gak boleh makan, gak boleh minum, dan menahan hawa nafsu. Kalau kita makan maka batal puasanya dong. Begitu juga dengan keseharian, kalau kita malas ibaratnya makan saat puasa, gak boleh malas gitu dan harus dipaksa. Sebenarnya gak ada cara lain buat malas itu selain dipaksa.

“Sebenarnya gak ada cara lain buat malas itu selain dipaksa.”

Selain itu, awalnya teman-teman pasti semangat belajar lalu ditengahnya keok karena lihat yang baru-baru. Contohnya aktif di unit, nah di unit itu kebablasan biasanya jika keasyikan main. Sehingga berpikiran bahwa IP itu gak penting dengan kata lain udah beralih tujuan. Dari awalnya pengen dapat Ganesha Prize dan IPK bagus, tiba-tiba tujuannya beralih pengen aktif di unit atau jadi ketua unit. Jadi menurut saya harus belajar yang benar agar dapat IPK yang bagus dan aktif di unit juga, sehingga semuanya keambil. Saya tegaskan bahwa jika hanya mengejar IPK doang itu salah banget, dan juga jangan mendewakan unit. Karena walaupun kita dapat IPK 4,00 tapi gak ikut unit, kerja kita susah karena gak punya teman.

Setelah hari itu, tiba-tiba ada istilah baru di kalangan mahasiswa baru dan mungkin juga di kalangan kakak tingkat, yakni “Ngujang”. Bisa dibilang kalau kakak udah menginspirasi sebagian besar mahasiswa baru. Menurut kak bagaimana menanggapi fenomena ini, kak? Dan bagaimana dengan istilah lain, yakni “Ngambis”?
Serius? Saya gak tahu lho. Hahahaha.
Tapi, ya Alhamdulillah dong, berarti sesuai dengan motto hidup saya: “belajar itu ibadah, prestasi itu dakwah” dan satu lagi seperti kata Nabi Muhammad bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maksudnya begini, kita hidup di dunia buat apalagi kalau bukan untuk bermanfaat bagi orang lain. Jadi kalau misalnya teman-teman terinspirasi dengan itu, ya bagus banget.

Belajar itu ibadah, prestasi itu dakwah.

Untuk ngambis biar dapat IPK 4,00, kata saya tu gampang, gampang banget tinggal belajar aja. Caranya cari soal-soal, terus cari kisi-kisinya, cari bocoran, bahas soal tiap hari, dan ujian tepat waktu. Udah, beres. Tapi jika kamu lulus dengan IPK 4,00, gak akan ikut kegiatan, gak akan dapat kesempatan keluar negeri, dan bakal susah dapat pekerjaan.

Untuk yang terakhir sekaligus sebagai closing statement, kak. Apa sih motivasi kakak sehingga kakak sampai di prestasi yang sangat membanggakan seperti ini?
Sebenarnya itu lebih ke mensyukuri apa yang udah didapat aja sih. Soalnya saya juga bukan dari keluarga yang kaya raya, jadi harus berjuang sendiri. Maksudnya begini, dala berpikir itu jangan hanya disini aja, di ITB, tapi pikirkan sampai akhir. Kalau di agama saya, agama Islam, tujuan akhir itu akhirat. Nah, kalau tujuan akhir itu akhirat berarti untuk mencapai akhirat itu apa saja yang dibutuhkan. Karena tujuan akhir itu bukan bekerja, menikah, dapat uang, kan? Itu cuma salah satu jalan menuju akhirat.

Jadi untuk menuju akhirat itu apa saja yang dibutuhkan ada di Al-Qur’an dan Al-Hadits yang disebutkan perjuangkan agama kamu dan pelajari agama kamu sebaik mungkin. Nah, di Islam disuruhnya apa coba? Yaitu jadi manusia yang unggul agar Islamnya jadi tegak. Maka aku sih motivasinya jadi manusia yang unggul supaya gak kalah sama manusia yang lainnya. Singkatnya, kita bagaimanapun harus jadi manusia yang unggul.



“Singkatnya, kita harus menjadi manusia yang unggul.”
-Ujang Purnama-