Sabtu, 16 Desember 2017

Groupthink dan Budaya Organisasi yang Dipertanyakan

Saya belajar bahwa dalam organisasi terdapat dua macam posisi yang perlu disadari, posisi sebagai pemegang idealisme dan posisi yang langsung menghadapi realita. Dalam menyusun idealisme atau target-target yang ingin dicapai biasanya kita menggunakan semacam tim pra-eksekusi, seperti misalnya formatur, ad-hoc, dan istilah lain yang merujuk ke fungsi yang sama yaitu merancang konsep organisasi selama satu periode ke depan. Tim tersebut bisa sama dengan eksekutor nantinya, bisa juga dari yang berbeda karena dianggap memahami kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut. Mainstream di lingkungan saya menggunakan metode tersebut.

Adalah suatu hal yang menyenangkan apabila proses mengkonsep ini berjalan lancar dan dalam waktu yang relatif singkat. Lancar disini dalam artian bahwa dalam kelompok kecil ini sudah benar-benar memiliki visi yang sama sehingga kemungkinan perbedaan pendapat akan kecil sekali. Tentunya hal ini menyebabkan proses berjalan lebih cepat daripada proses yang disusupi oleh opini berbeda.

Dengan absennya opini berbeda maka kecendrungan untuk mempertahankan budaya akan semakin besar. Di dalam buku Originals (Adam Grant), disebutkan bahwa kasus ini diberi nama groupthink dan merupakan musuh dari orisinalitas. Secara sadar atau tidak, kita akan selalu ditekan terhadap cara pikir yang menguasai organisasi sehingga keberagaman pemikiran akan terhilangkan. Sekalipun pemikiran itu muncul, namun karena adanya pendapat yang mendominasi secara luarbiasa maka pendapat yang berbedaini akhirnya terkubur.

sumber: clarkcounty.info

Mulai dari Siapa Anggotanya

Kehadiran groupthink tentunya bukan saja hadir pada saat pengkonsepan, tetapi juga mudah hadir pada saat eksekusi. Setiap dibutuhkan pendapat untuk memutuskan suatu perihal, potensi munculnya groupthink selalu mengikuti sehingga lebih sering menghambat hadirnya inovasi. Oleh karena itu kita perlu melihat bagaimana kedepannya organisasi ini diharapkan melalui anggota yang bagaimana yang direkrut.

Rabu, 13 Desember 2017

'The Last Jedi': Harapan bagi Pengikut Dark Side

"A long time ago in a galaxy far, far away . . ."

Dongeng pada umumnya selalu menceritakan tentang pertarungan dua sisi, gelap dan terang, baik dan jahat, benar dan salah. Untuk penonton dengan sudut pandang biasa akan selalu menjadi korban yang tidak dapat memilih keberpihakan di antara dua sisi tersebut, contohnya kita harus selalu berpihak pada  Cinderella karena judul dari dongeng tersebut adalah tokoh yang kehilangan sepatu ini. Bagi yang mencoba alternatif lain, yakni berpihak pada penyihir, maka akan dianggap aneh dan perlu dipertanyakan akal sehatnya. Ini sungguh kejam.

Untuk versi cerita yang lebih tinggi (menurut saya) kita akan menemukan bukan lagi tentang pertarungan dua sisi, tapi tentang pergolakan batin sang tokoh utama beserta perkembangan interaksi ia terhadap tokoh-tokoh lain. Sehingga jika diresapi, kita tidak menemukan tokoh yang benar-benar antagonis. Model cerita seperti ini seringkali kita temukan pada kisah-kisah yang diangkat Pixar ke layar lebar. Walaupun model ini menarik, namun cerita perperangan dua sisi ini selalu memberikan kesan yang lebih dan akan mendapatkan pengikut yang lebih masif. Tak heran franchise-franchise dongeng modern lebih memilih model cerita seperti ini. Salah satunya adalah Star Wars yang baru saja merilis episode kedelepannya untuk alur cerita utama, The Last Jedi.

www.comicbookmovie.com
Star Wars adalah fiksi yang sangat konsisten menjaga konflik yang sama di tiap episodenya. Dengan sedikit kocekan, entah kenapa tetap memberikan hype yang sama bagi para penggemarnya. Resistance bersama Jedi Order dalam banyak episode menjadi tokoh protagonis yang berusaha menghentikan kedigdayaan The First Order dan The Sith. Semua dikemas berkali-kali dari trilogi utama 4,5, dan 6 dilanjutkan tilogi prekuel 1, 2, dan 3, dan sekarang sedang berlangsung trilogi 7, 8, dan 9.

Star Wars bagi saya bisa lebih unggul karena konsistennya tadi. Hanya saja, apakah tokoh protagonis bisa selalu kita andalkan?