"Annelies Mellema," ia mengulurkan tangan padaku, kemudian pada Suurhof.Suara yang keluar dari bibirnya begitu mengesani, tak mungkin dapat kulupakan seumur hidup.- Pramoedya Ananta Toer dalam 'Bumi Manusia'
Buku bersampul kehijau-hijauan itu akhirnya menjadi perhatianku setelah mendekam lama di rak buku kamar kost. Buku itu sebenarnya telah kubeli kira-kira dua tahun yang lalu sebagai syarat untuk bergabung dengan suatu unit kegiatan mahasiswa di ITB (yang pada akhirnya tidak jadi kulanjutkan). Hampir saja terlupakan, namun karena tak ada bahan lain yang bisa kubaca dan tersedia di kamar maka Bumi Manusia-lah yang menjadi santapan. Kira-kira tak sampai sebulan roman ini khatam plus tiap paragraf yang menarik selalu ku jadikan bahan untuk update di linimasa LINE.
Setelah kubaca-baca lagi ternyata paragraf yang menarik dan sempat menjadi penhias linimasa semuanya mengenai Annelies, tokoh fiktif dalam roman Tetralogi Buru, yang mengalami masa-masa indah dan sulit bersama Minke dan Nyai Ontosoroh. Tak bisa dikatakan sederhana jalan cerita dari roman pertama ini, dari perkenalan sang tokoh utama dan tokoh lainnya, lalu bagaimana bertemunya tokoh-tokoh tersebut, sampai muncul konflik yang silih berganti. Semuanya tersusun rapih, indah.