Jumat, 01 September 2017

Undangan Pak Rektor dan Menjadi Manusia Indonesia

Hari ini, 1 September 2017, adalah hari yang bahagia. Bukan saja karena merupakan suka cita Idul Adha, tetapi juga momen-momen yang mengiringinya. Di awali dengan sholat ‘Ied dan dilanjutkan khutbah yang menarik. Terhitung 32 kali disebut kata “cinta”, tentang mencintai, yang mencintai, dan yang dicintai, tentang Ibrahim dan Tuhannya. Saya rasa ini adalah salah satu khutbah yang indah, ketika biasaya khutbah hari raya dijadikan momen untuk refleksi terhadap kondisi negeri, pemerintahan, dan pelik masalah-masalahnya, menyebabkan suasana menjadi getir dan perlu banyak pikir, khutbah kali ini malah cukup membawa kita ke kejadian indah di masa silam dengan Ibrahim, Sang Kekasih Allah, sebagai aktor utama beserta keteladanannya. Khutbah ideal yang melengkapi indahnya hari ini.

Cerita selanjutnya adalah tentang Pak Rektor ITB yang mengadakan Open House dan mengundang serta seluruh mahasiswa ITB untuk berkujung ke rumahnya untuk mencicipi hidangan yang disediakan. Mungkin pembaca dari kampus lain juga mengikuti acara “silaturahmi” yang sama bersama rektornya. Dan mungkin juga memikirkan hal yang sama dengan tulisan berikut.

dokumentasi pribadi
Setelah kurang lebih dua jam bersama yang lainnya mengular sampai ke jalan, akhirnya saya sampai di depan prasmanan. Sialnya ternyata penantian belum berakhir karena prasmanan kosong, kami harus menunggu sampai wadah diisi kembali dengan nasi, ayam, ataupun daging. Sambil menunggu inilah saya mendapatkan suatu penyadaran bahwa Pak Rektor telah berhasil mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa ITB (pastinya tidak semua), kami datang sebagai manusia Indonesia. Selanjutnya tulisan ini ku tulis dahulu didalam pikiran sambil senyum-seyum menunggu nasi, ayam, dan daging yang tak kujung datang.